Minggu, 01 Desember 2013

TUGAS TIK CORELDRAW

Nah buat temen2 kelas 12 yang susah atau bahkan tidak bisa download dari link yang dikasih pak azwar.. kalian bisa download lewat 4shared.com
Click here!!

Sabtu, 19 Mei 2012

INDONESIA


Indonesia adalah negara yang indah, penuh dengan kekayaan. kaya akan SDA, budaya, suku, bahasa, yang berbeda-beda. Tapi, dengan perbedaan itulah indonesia menjadi bangsa yang disegani, dihormati, dan patut untuk dibanggakan. Maka dari itu kita sebagai warga negara Indonesia harus mempertahankan semua yang kita miliki.
Jangan biarkan mereka yang tidak bertanggung jawab terus menguras kekayaan bangsa kita. lakukanlah yang terbaik untuk bangsa kita dengan ikhlas, maka bangsa Indonesia akan Makmur dan Sejahtera. jangan lupa untuk menanamkan rasa cinta damai, agar bangsa Indonesia akan aman sentosa.

Selasa, 31 Januari 2012

Rumah Adat Banjar

Rumah Adat Banjar
Jenis-jenis Rumah Adat Banjar

Rumah Bubungan Tinggi
Rumah Gajah Baliku
Rumah Gajah Manyusu
Rumah Balai Laki
Rumah Balai Bini
Rumah Palimbangan
Rumah Palimasan (Rumah Gajah
Rumah Anjung Surung (Rumah Cacak Burung)
Rumah Tadah Alas
Rumah Lanting
Rumah Joglo Gudang
Rumah Bangun Gudang
Sejarah dan Perkembangan Rumah Adat Banjar:
Rumah adat Banjar, biasa disebut juga dengan Rumah Bubungan Tinggi karena bentuk pada bagian atapnya yang begitu lancip dengan sudut 45ยบ.
Bangunan Rumah Adat Banjar diperkirakan telah ada sejak abad ke-16, yaitu ketika daerah Banjar di bawah kekuasaan Pangeran Samudera yang kemudian memeluk agama Islam, dan mengubah namanya menjadi Sultan Suriansyah dengan gelar Panembahan Batu Habang.
Sebelum memeluk agama Islam Sultan Suriansyah tersebut menganut agama Hindu. Ia memimpin Kerajaan Banjar pada tahun 1596–1620.
Pada mulanya bangunan rumah adat Banjar ini mempunyai konstruksi berbentuk segi empat yang memanjang ke depan.
Namun perkembangannya kemudian bentuk segi empat panjang tersebut mendapat tambahan di samping kiri dan kanan bangunan dan agak ke belakang ditambah dengan sebuah ruangan yang berukuran sama panjang. Penambahan ini dalam bahasa Banjar disebut disumbi.
Bangunan tambahan di samping kiri dan kanan ini tamapak menempel (dalam bahasa Banjar: Pisang Sasikat) dan menganjung keluar.
Bangunan tambahan di kiri dan kanan tersebut disebut juga anjung; sehingga kemudian bangunan rumah adat Banjar lebih populer dengan nama Rumah Ba-anjung.
Sekitar tahun 1850 bangunan-bangunan perumahan di lingkungan keraton Banjar, terutama di lingkungan keraton Martapura dilengkapi dengan berbagai bentuk bangunan lain.
Namun Rumah Ba-anjung adalah bangunan induk yang utama karena rumah tersebut merupakan istana tempat tinggal Sultan.
Bangunan-bangunan lain yang menyertai bangunan rumah ba-anjung tersebut ialah yang disebut dengan Palimasan sebagai tempat penyimpanan harta kekayaan kesultanan berupa emas dan perak.
Balai Laki adalah tempat tinggal para menteri kesultanan, Balai Bini tempat tinggal para inang pengasuh, Gajah Manyusu tempat tinggal keluarga terdekat kesultanan yaitu para Gusti-Gusti dan Anang.
Selain bangunan-bangunan tersebut masih dijumpai lagi bangunan-bangunan yang disebut dengan Gajah Baliku, Palembangan, dan Balai Seba.
Pada perkembangan selanjutnya, semakin banyak bangunan-bangunan perumahan yang didirikan baik di sekitar kesultanan maupun di daerah-daerah lainnya yang meniru bentuk bangunan rumah ba-anjung.
Sehingga pada akhirnya bentuk rumah ba-anjung bukan lagi hanya merupakan bentuk bangunan yang merupakan ciri khas kesultanan (keraton), tetapi telah menjadi ciri khas bangunan rumah penduduk daerah Banjar.
Kemudian bentuk bangunan rumah ba-anjung ini tidak saja menyebar di daerah Kalimantan Selatan, tetapi juga menyebar sampai-sampai ke daerah Kalimantan Tengah dan Kalimantan Timur.
Sekalipun bentuk rumah-rumah yang ditemui di daerah Kalimantan Tengah dan Kalimantan Timur mempunyai ukuran yang sedikit berbeda dengan rumah Ba-anjung di daerah Banjar, namun bentuk bangunan pokok merupakan ciri khas bangunan rumah adat Banjar tetap kelihatan.
Di Kalimantan Tengah bentuk rumah ba-anjung ini dapat dijumpai di daerah Kotawaringin Barat, yaitu di Pangkalan Bun, Kotawaringin Lama dan Kumai.
Menyebarnya bentuk rumah adat Banjar ke daerah Kotawaringin ialah melalui berdirinya Kerajaan Kotawaringin yang merupakan pemecahan dari wilayah Kerajaan Banjar ketika diperintah oleh Sultan Musta’inbillah.
Sultan Musta’inbillah memerintah sejak tahun 1650 sampai 1672, kemudian ia digantikan oleh Sultan Inayatullah.
Kerajaan Kotawaringin yang merupakan pemecahan wilayah Kerajaan Banjar tersebut diperintah oleh Pangeran Dipati Anta Kesuma sebagai sultannya yang pertama.

Menyebarnya bentuk rumah adat Banjar sampai ke daerah Kalimantan Timur disebabkan oleh banyaknya penduduk daerah Banjar yang merantau ke daerah ini, yang kemudian mendirikan tempat tinggalnya dengan bentuk bangunan rumah ba-anjung sebagaimana bentuk rumah di tempat asal mereka.
Demikianlah pada akhirnya bangunan rumah adat Banjar atau rumah adat ba-anjung ini menyebar kemana-mana, tidak saja di daerah Kalimantan Selatan, tetapi juga di daerah Kalimantan Tengah dan Kalimantan Timur.



Senin, 21 November 2011


Dalam siklus kehidupan manusia, berbagai peristiwa yang menandai peralihan dari satu masa ke masa lain menuju tahap pendewasaan sampai akhirnya kembali pada sang Pencipta dianggap sebagai hal yang sangat penting. Oleh karena itu, masyarakat Kalimantan Selatan, khususnya suku Banjar memiliki berbagai upacara adat yang masih dijalankan hingga saat ini. Keseluruhan upacara tersebut berisi doa dan permohonan agar manusia selaku mendapat limpahan rahmat dan karunia Allah SWT dam dijauhi dari berbagai bencana yang tidak diinginkan. Beberapa dari sejumlah upacara tersebut adalah mandi tujuh bulan, ba’ayun mulud, dan perkawinan